
Bab 17
Aku diajak pergi nongkrong, bagaimana caraku bisa menolaknya? (Bagian 1)
“Ehehe~ Pergi ke sekolah bareng Yuu-kun lagi~”
Beberapa saat yang lalu, Yuuka tersenyum layaknya anak kucing sambil mengucapkan perkataan itu dengan lembut.
“Pagi, ya.”
Dan sekarang, Yuuka menampilkan raut tak berekspresi yang sama seperti robot saat dia melontarkan perkataan tersebut dengan dingin.
Seperti biasanya, Yuuka yang di rumah dan Yuuka yang di sekolah adalah dua makhluk yang sangat berbeda.
Die benar-benar terasa seperti orang yang berbeda. Lagian kan, kenapa kok versi sekolahnya justru memilih kata-kata aneh seperti, “Pagi, ya.” Kan harusnya “Selamat pagi!” atau semacamnya?
“Watanae-san terlihat dingin seperti biasanya, ya?”
Duduk di kursinya, Masa membisikkan itu kepadaku.
Yah, dia memang benar, tapi itu dalam konteks dirinya hanya menilai Yuuka versi sekolahnya saja.
Gadis yang judes dan dingin di sekolah itu, saat di rumah, dia akan menjadi gadis yang sangat ceria dan polos.
Biasanya… tidak ada yang akan membayangkannya yang seperti itu.
“Baiklah, semuanya, kembali ke kursi kalian masing-masing!”
Saat aku tenggelam dalam pikiranku, pintu kelas kami tiba-tiba terbuka, dan Gousaki-sensei memasuki ruang kelas.
Gousaki Atsuko, dia berumur 29 tahun dan masih lajang.
Dia adalah wali kelas kami, kelas 2A, dan merupakan guru yang terkadang kaku serta galak.
“Kenapa kalian semua terlihat tidak berenergi?! Ayolah, kalian kan bisa berteriak lebih keras dari itu! Jika kalian begitu lesu selama kelas pagi seperti ini, maka seluruh hari kalian akan jadi membosankan, tahu!”
“Hari ini pun dia benar-benar bekerja keras seperti biasa ya, Yuuichi?”
“Ya…”
Ngomong-ngomong, aku tidak terlalu menyukai Gousaki-sensei.
Pada dasarnya sih dia bukan guru yang buruk, hanya saja kepribadiannya terlalu berbeda dariku.
Hal-hal seperti 'Permainan tim' dan 'Solidaritas' adalah sesuatu yang berlebihan untuk seorang sadboy sepertiku.
“Semangat dan bersenang-senanglah bersama-sama! Tentu saja, belajar juga merupakan hal yang penting, tapi lebih dari itu, kalian harus menemukan sesuatu yang lebih berharga, yaitu 'teman'. Jika kalian melakukannya, hidup kalian akan jauh lebih kaya!”
Aku menatap dingin ke arah Gousaki-sensei, yang matanya bersinar terang.
Aku sih tidak keberatan dengan kenyataan bahwa dia peduli tentang teman ataupun sahabat. Hanya saja, aku berpikir dunia tempat mereka berada benar-benar berbeda dariku.
“Heey! Sakata?”
Di depanku, ada seorang gadis dengan rambut coklat menatap ke arahku dari tempat duduknya dan tersenyum.
Gadis itu adalah Nihara Momono… gyaru yang ekstrovert.
“Sakata. Barusan, kau pasti berpikir seperti 'Mereka berada di dunia yang benar-benar berbeda dariku', kan?”
“Kau ini dukun atau semacamnya apa, Nihara-san?”
Apa-apaan coba? Apakah tipikal gyaru memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang lain?
“Habisnya, kau sangat mudah dimengerti. Ekspresi wajahmu itu memberikanku gambaran umum tentang apa yang sedang kau pikirkan.”
“Ahh… kurasa itu benar. Ekspresinya Yuuichi biasanya mencerminkan perasaannya.”
Masa menyeringai saat dia bergabung dalam percakapan kami.
“Ya, ya! Ekspresinya dengan akurat mencerminkan perasaannya, kan? Dia seperti anak kecil aja, imut banget~“
Nihara-san membungkuk ke depan dan tertawa histeris.
Saat dia membungkuk seperti itu, sekalis aku bisa melihat dadanya melalui blazernya. Itu pada dasarnya merupakan racun bagi mataku.
“Hei, Sakata. Bagaimana kalau sesekali kita mengikuti nasihat dari Gousaki?”
“Apa maksudmu..?”
“Yang kumaksud…”
Nihara-san menyeringai padaku.
Bibir merahnya agak mengilap.
Bahkan sadboy sepertiku secara tidak sadar akan merasa sedikit gugup.
Nihara-san pun perlahan mengarahkan jarinya ke arahku.
“Bagaimana kalau… sepulang sekolah… hari ini? ☆”
---
“Jadi intinya! Untuk karaoke hari ini, kita kedatangan Sakata sebagai tamu! Kurai juga demikian!”
“Kenapa kau menyebutku seperti hanya sekedar bonus atau pelengkap?!”
Nihara-san bertepuk tangan dan tertawa, saat Masa membalas kepadanya.
Sekarang kami dikelilingi oleh sekitar 7 teman sekelas kami, dimana itu terdiri dari campuran anak perempuan dan laki-laki.
Jujur saja, aku bahkan tidak tahu nama mereka, lagian aku biasanya tidak terlibat dengan mereka.
“Sekalipun Sakata terlihat seperti ini, tapi dia orang yang sangat lucu loh! Gak masalah ‘kan kalau dia bergabung dengan kita? Sipp, gak masalah!”
“Lah, kan tidak ada yang mengatakan apa-apa!”
Aku dengan cepat membalas Nihara-san, tapi semua orang di sekitar kami hanya tersenyum masam.
Woi, siapapun itu, tolong hentikan Nihara-san! Dan saat kau melakukkannya, tolong usir kami dari sini!
“Yah... Jika Momono bilang begitu... gak masalah, kan?”
Seorang gadis dengan rambut pendek, yang bahkan namanya aku gak tahu, mengatakan itu sambil mengagruk-garuk pipinya.
“Yah, lagian jika aku mengatakan sesuatu di sini, paling-paling Momo tidak akan mendengarkanku, kan?”
“Ya, dia hanya akan melakukan apa yang selalu dia lakukan.”
“Tapi, Kuramasa terlihat sedikit bermasalah…”
“Hei! Aku bisa mendengarmu tahu! Dan juga, jangan panggil aku Kuramasa!”
Kurai Masaharu, disingkat Kuramasa.
[Kurai] terdengar seperti [Kegelapan], jadi dia tidak terlalu menyukai sebutan itu.
[Catatan Penerjemah: Namanya, Kurai, dibaca dengan cara yang sama seperti gelap dalam pelafalan Jepang.]
...Tunggu, kenapa aku malah membicarakan Masa sekarang?!
“Sipp, dengan begini sudah diputuskan! Ayo kita bersama-sama menikmati berkaraoke sepulang sekolah! ☆“
Aku bisa mendengar semua orang bertepuk tangan dengan cukup keras.
Eh? Kenapa semua orang begitu mudah menerima situasi ini?
Luar biasa… jadi begini sebenarnya para ekstrover yang mudah beradaptasi.
“Tunggu, tunggu! Nihara-san, aku tidak terlalu pandai dalam hal semacam ini-“
“Bukannya tadi Gousaki-sensei sudah bilang pada kita? Bahwasannya kita harus mencoba dan mendapatkan lebih banyak teman?”
Aku terus berusaha dengan sopan menolak ajakannya, tapi Nihara-san terus bersikukuh dan tidak mau mundur.
Suasana di sini berangsur-angsur berubah menjadi suasana yang ramah dan menyambut.
Oh tidak… Ini buruk…
Brrrrrtt♪
“Ah, tunggu sebentar ya, Nihara-san!”
Aku buru-buru mengeluarkan ponselku, dan memastikan kalau Nihara-san tidak bisa melihat layar saat aku dengan cepat membuka Line.
Seperti yang kuduga, ada pesan dari Yuuka.
[Kau kelihatannya sedang bersenang-senang. Enaknya… Aku kan juga mau ngobrol bareng dengan Yuu-kun. Buu~]
[Karaoke? Mereka barusan bilang itu, kan? Hmmm~ Kau mau pergi berkaraoke, Yuu-kun?]
[Buu~ Buubuu~]
“Eh? Kau lagi ngapain? Tingkahmu terlihat mencurigakan, tahu?”
Aku buru-buru memasukkan kembali ponselku ke sakuku saat Nihara-san mengintip ke arah layar.
“A-Aku tidak bertingkah mencurigakan atau apapun! Aku hanya memeriksa apakah aku punya waku luang atau tidak…”
“Ooh! Jadi kau tertarik untuk ikut pergi berkaraoke? Bagus dong kalau gitu! Kau pasti sedang luang, kan? Kalau begitu, ayo berkaraoke sekarang!”
Ah… Aku tidak bisa menolaknya lagi.
Tidak punya pilihan lain, aku menganggukkan kepalaku.
Ini tidak seperti aku ingin pergi. Lagipula aku tidak ingin membuat Yuuka dalam mood yang buruk, jadi sejujurnya, aku sangat ingin menolak ajakannya dan pulang saja.
Gousaki-sensei… kau terlalu banyak ngebacot tadi.
Aku menghela napas saat mencoba mengikuti kelompok ekstrovert tersebut…
“...Tunggu.”
(Y)
ReplyDeleteTlnya bagus :v ga terlalu kaku dan formal jadi santai gtu ngebacanya
ReplyDelete