
Selingan 10
Kembang Api
“Aku juga mau ke toilet sebentar.”
Melihat punggung Hasaki-senpai yang semakin menjauh, Yuuji-senpai mengatakan itu dan kemudian melepaskan tangannya yang berggenggaman denganku.
Aku tidak ingin dirinya pergi dari sisiku, tapi pada akhirnya, baginya aku ini hanyalah pacar palsu.
“......Baiklah.” kataku, saat aku menekan ketidakpuasan serta kecemanasanku yang bahkan saat ini tidak dapat melakukan kontak mata dengannya ketika melihat dia pergi.
“Kau masih sama seperti biasanya, ya, Touka. Kalau kau memang cemas terhadapnya, mengapa kau tidak langsung saja mengatakan [Aku tidak ingin kau pergi]?”
Meletakkan tangannya di pundakku, Kakakku mengatakan itu dengan ekspresi yang tertegun.
“Berisik.... Lebih penting lagi, padahal kau sudah menyadari kalau Hasaki-senpai tidak enak badan, tapi kau malah sama sekali tidak mengatakan apa-apa tentang itu..., sikapmu itu buruk sekali.”
“Meskipun aku menyadarinya, bagi Kana perhatianku itu hanyalah sesuatu yang tidak diperlukan untuknya.... Kau tahu kan kalau hal ini akan terjadi jika Yuuji menyadarinya? Terus kenapa tidak kau saja yang lebih dulu membahas tentang kondisi Kana?”
Kakakku benar, saat kami berjalan-jalan, aku sudah menyadari kondisi Hasaki-senpai. Itulah sebabnya, mestinya aku mengungkit perihal itu lebih dulu, dan semuanya tidak akan berakhir seperti ini.
Namun demikian, terhadap Hasaki-senpai yang terus kubohongi, terhadap Hasaki-senpai yang terus menunjukkan kebaikannya, aku tidak bisa menunjukkan perhatianku.
“Sungguh, Tomoki-san itu orang yang buruk, padahal dia punya pacar yang begitu cantik di sini, tapi dia justru meninggalkannya dan pergi ke gadis lain.”
Sambil menghela nafas, Otome-chan mengatakan itu.
Terhadap perkataannya itu, aku menggelengkan kepalaku, dan...,
“Tidak, akulah, orang yang buruk itu...” gumamku, dengan suara yang pelan.
Terhadap perkataanku, Otome-chan memiringkan kepalanya, namun dia tidak mengatakan apa-apa lagi padaku.
Ya, itu benar, Senpai bukanlah orang yang buruk. Melainkan..., itu aku.
Dia adalah orang yang sangat baik dan kikuk. Aku ingin kebaikannya hanya ditujukan kepadaku. Aku hanya ingin dia melihat diriku.
Tapi, hal seperti itu tidaklah mungkin.
Yuuji-senpai selalu disalahpahami oleh orang-orang, namun demikian, dia sangat baik dan hangat pada semua orang.
Aku yakin, karena kepribadian Senpai yang seperti itulah, aku jadi jatuh hati padanya.
Aku berpikir, aku ingin menjadi orang yang nomor bagi dirinya.
Meski begitu, aku terus mengekangnya dengan kebohonganku yang egois.
Aku yakin hari ini diriku bersenang-senang bersamanya, aku yakin diriku bersenang-senang di festival musim panas ini bersamanya. Hanya saja, rasanya menyakitkan saat melihat ekspresi sedih yang ditunjukkan Hasaki-senpai.
Aku tidak akan menyerahkan posisi untuk berada di sisi Yuuji-senpai pada siapapun. Aku tidak akan menyerah untuk bisa menjadi yang nomor yang bagi dirinya.
...Meski begitu, seorang gadis seperti Hasaki-senpai yang bisa langsung mengungkapkan perasaannya justru jauh lebih baik dibandingkan dengan diriku yang harus memanfaatkan kebohongan untuk bisa berada di sisinya.
Aku yakin, Senpai pun pasti akan jauh lebih senang dengan hal itu.
☆
“Maaf telah membuat kalian menunggu.”
Beberapa menit kemudian, Yuuji-senpai dan Hasaki-senpai telah kembali.
......Mereka berdua, berpegangan tangan.
“Lah..., kau sungguh yang terburuk, Tomoki-san. Aku tidak menyangka kau akan memegang tangan gadis lain meskipun kau memiliki Touka-san sebagai pacarmu. Sungguh, aku sudah salah menilaimu.” kata Otome-chan, saat dia memandang dengan jijik ke arah Senpai.
Tentunya, aku pun merasa muak dan sedih saat melihat seseorang yang kucintai berpegangan tangan dengan gadis lain..., tapi, pada dasarnya aku tahu, bahwa ini adalah bentuk kebaikannya.
“K-Kau salah paham, ini karena kakiku sedang sakit, jadi aku meminta Yuuji-kun untuk membantuku berjalan.”
“...Aku sudah tahu itu.”
Aku tidak bisa mengatakannya dengan tegas, dan itu tidak berarti aku bisa tersenyum dan menerimanya.
“...Jika kau terlau banyak melakukan hal yang bisa bikin orang salah paham, nanti Touka-san akan muak denganmu loh?”
Terhadap perkataan Otome-chan, Senpai tersenyum masam dan menjawabnya, “Lain kali aku akan berhati-hati.”
Melihat itu, Kakakku pun mulai mengangkat topik baru.
“Masih ada sedikit waktu lagi sampai pertunjukkan kembang api dimulai, tapi kurasa lebih baik kita segera mencari tempat yang bagus untuk melihatnya.” Katanya, dan kami semua menganggukkan kepala kami.
Saat itu, Hasaki-senpai menatapku, dan kemudian...,
“Terima kasih, Yuuji-kun. Aku baik-baik saja sekarang.”
“Jangan memaksakan dirimu.”
“Ya, tapi berkatmu, sekarang aku benar-benar baik-baik saja.”
“......Baiklah.” tanggap Yuuji-senpai, saat dia menunjukkan senyuman lembut.
Kemudian, kami pindah ke alun-alun dimana tidak ada kios yang didirikan untuk melihat pertunjukkan kembang api. Dan mungkin karena masih ada waktu sebelum kembang api itu dimulai, dengan mudah kami berlima berhasil mengamankan tempat untuk kami duduki.
Kami segera meletakkan tikar piknik yang telah disiapkan sebelumnya, dan kami pun duduk di atasnya.
“Syukurlah kita bisa segera mengamankan tempat.” Kata Kakakku.
“Kau benar. Sekarang, kita hanya harus menunggu sampai pertunjukan kembang apinya dimulai.” Tanggap Otome-chan.
Kemudian, kami berbicara secara acak sembari menunggu pertunjukan kembang api dimulai. Lambat laun, jumlah orang di sekitar kami mulai bertambah, tapi anehnya, untuk suatu alasan, tidak ada orang-orang yang mau berkumpul di sekitar kami.
“...Tampaknya dengan aku berada di sini, orang lain jadi merasa tidak nyaman.”
Mencela dirinya sendiri seperti itu, Yuuji-senpai kemudian berdiri dari atas tikar.
“Kau mau ke mana, Yuuji-senpai?”
Aku juga buru-buru berdiri dan menanyakan itu dari belakangnya.
“Bukankah akan mengganggu orang lain jika aku ada di sini? ...Aku akan menghubungi kalian nanti, dengan begitu kita akan bisa berkumpul kembali.”
Yuuji-senpai..., dia adalah orang yang baik. Itulah sebabnya, dia sama sekali tidak keberatan tatkala hanya dirinya yang merasa dirugikan, asalkan orang-orang yang lain bisa mendapatkan kenyamanan. Dan apa yang terjadi saat ini benar-benar cocok dengan deskripsi itu.
Punggungnya..., itu besar dan lebar, namun, aku memanggil punggunggnya itu, yang terlihat merasa kesepian.
“Kau ini tidak mau jujur banget, ya.... Kalau kau ingin berduaan denganku, mengapa kau tidak mengatakannya dengan terus terang saja?”
“Eh? Tidak, aku tidak bermaksud begitu...”
“Ishh, gak usah malu-malu! Nah, seperti yang kalian dengar, kami akan pindah ke tempat lain dan melihat kembang api berduaan aja, jadi kita akan berkumpul lagi nanti, oke?”
Saat aku mengatakan itu sambil memegang tangan Senpai, Kakakku tersenyum seperti biasanya, dan Otome-chan menampilkan ekspresi yang kecewa. Di sisi lain, Hasaki-senpai berdiri dengan ekspresi sedih di wajahnya, dan suaranya terdengar gemetar sebelum akhirnya dia berbicara.
“...Baiklah, sampai jumpa nanti. Tapi hanya karena kalian akan berduaan aja, jangan lakukan sesuatu yang aneh-aneh loh ya!”
Aku yakin, sebenarnya dia juga pasti ingin melihat kembang api bersama Yuuji-senpai. Namun, kali ini, dia merasa tidak enak karena sudah menyebabkan masalah bagi Senpai saat kakinya lecet. Pasti itulah sebabnya, Hasaki-senpai menahan diri dengan semua ini dan mengatakan itu pada kami.
“Tidak, kami tidak akan melakukan sesuatu yang aneh-aneh” Kata Yuuji-senpai, dengan ekspresi yang sangat lugas.
Apa aku ini sebegitu tidak menariknya di matamu!? Aku kesal, tapi aku menahan diriku.
...Ngomong-ngomong, berbicara tentang menarik, itu adalah penampilanku yang saat ini mengenakan yukata.
Sampai sekarang, aku masih belum menerima pujian dari Senpai tentang itu. pikirku dengan sedih, saat aku berjalan ke suatu tempat di sampingnya.
☆
Segera setelah aku pindah ke tempat lain bersama Yuuji-senpai.
Terlepas dari pemandangan yang bagus di tempat ini, di sini tidak terlalu ramai. Tampaknya, kami telah menemukan tempat yang terbaik.
Namun, ada satu masalah, yaitu...
“Hei, Touka. Di sini cuman ada berbagai pasang kekasih yang sedang bermesraan, ayo kita pindah dari sini secepat mungkin.”
Seperti yang Yuuji-senpai bilang, di sini cuman ada orang-orang yang sedang bermesraan dengan pacarnya. Aku tidak benar-benar tahu tentang ini, tapi satu hal yang pasti, tempat ini pasti adalah tempat yang memang biasanya dikunjungi oleh sepasang kekasih seperti ini.
“...Bukankah di sini tidak apa-apa, kita kan juga sepasang kekasih. Dan meskipun kita bermesraan di sini, tidak ada yang akan merasa keberatan tentang itu.”
“Tidak, kita tidak akan melakukan itu.”
Orang-orang di sekitar kami ada yang berpelukan, berciuman, dan melakukan tindakan yang begitu berani begitu saja seolah-olah itu adalah hal yang wajar.
“...Tapi, kalau di sini, orang-orang lain terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri, dan dengan begitu, tidak akan ada orang-orang yang menghindari Senpai seperti di tempat sebelumnya.”
“...Kau mungkin benar.” Menganggukkan kepalanya, Senpai tersenyum masam.
Kemudian, aku menatap ke arah wajah Yuuji-senpai. Dia terlihat bingung dan gelisah dengan sekelilingnya, tapi entah kenapa, saat ini dia terlihat sangat imut di mataku.
Melihat dia yang seperti itu, aku dengan berani mengajukan pertanyaan kepadanya.
“Senpai..., apa kau menyukai Hasaki-senpai?”
Saat aku menanyakan itu, dia menatapku, dan kemudian tersenyum lembut sebelum menjawabku.
.
.
.
“Tentu saja aku menyukainya.”
.
.
.
Melihat Senpai yang menegaskan itu, aku menyesali pertanyaan bodoh yang telah kutanyakan. Dadaku terasa sesak, dan aku merasa sedih. Aku..., tidak bisa mengatakan apa-apa.
“Dia mengatakan bahwa dirinya menyukaiku. Itu membuatku bahagia dan aku menyukainya. Tapi, aku yakin, bahwa perasanku ini tidak mengarah pada sesuatu yang romantis. Itulah sebabnya, aku tidak berpikir bahwa aku yang seperti ini bisa berpacaran dengan Kana... Selain itu, bagaimana aku harus mengatakannya, ini seperti aku merasa takut, yah, pokoknya susah bagiku untuk menjelaskannya dengan kata-kata.”
Aku yakin, hanya dengan satu pemicu, perasaan Senpai itu akan berubah menjadi cinta. Mungkin saat ini Yuuji-senpai hanya melihat Hasaki-senpai sebagai temannya..., tapi, Hasaki-senpai itu adalah gadis yang sangat imut, ceria, pekerja keras, stylish, dan terlebih lagi, payudaranya besar. Jika gadis seperti Hasaki-senpai memiliki rasa terhadapnya, kupikir pria normal manapun akan jatuh cinta terhadapnya meskipun dia berpikir bahwa dirinya tidak memiliki kesempatan.
Tapi, aku yakin, Senpai..., dia merasa takut dengan perasaan yang dia terima dari Hasaki-senpai, dia merasa takut terhadap perasaan yang dia miliki terhadap Hasaki-senpai.
Samar-samar, aku bisa menyadari apa yang menurutnya menakutkan itu.
“Rasa takutmu itu, pasti karena......”
Aku mulai berbicara, dan berhenti.
Kupikir itu bukanlah sesuatu yang harus kukatakan sekarang.
Karenanya, sebagai gantinya...,
“Karena Hasaki-senpai itu seorang penguntit, kan?” Kataku, dengan suara yang bercanda.
“Jangan mengatakan hal-hal yang buruk seperti itu lah...” tercengang, Senpai mulai tersenyum.
Aku juga tersenyum padanya, mencoba untuk menyesuaikan dengan nadanya.
*Bang*
Saat itu, tau-tau, suara ledakan kembang api terdengar di telinga kami. Sontak saja, kami langsung mengarahkan mata kami ke arah langit malam.
“Oh, sudah dimulai.”
“Kau benar. Sebelum kita menyadarinya, tau-tau udah dimulai aja.”
Bergumam satu sama lain seperti itu, kami berdua terus menatapi langit malam.
Untuk sesaat, tidak ada percakapan yang berlangsung di antara kami.
Saat aku menoleh ke sekeliling kami, aku melihat berbagai pasang kekasih saling bersandar satu sama lain, dan membisikkan sesuatu sambil melihat kembang api. Kemudian, diam-diam aku menatap Yuuji-senpai yang berdiri di sampingku, dan berpikir...,
Aku ingin dia mengatakan sesuatu kepadaku..., aku ingin kami menyandarkan tubuh kami dan merasakan panas tubuh satu sama lain.
Tapi pada dasarnya, aku bukanlah pacarnya.
Aku bahkan belum jujur mengenai perasaanku terhadapnya.
Itulah sebabnya, aku sangat mengerti bahwa aku ini hanyalah orang yang egois.
Saat ini, aku memutuskan untuk bersyukur atas kebahagiaan untuk bisa bersamanya seperti ini.
“Kembang apinya cantik sekali, ya?”
Saat aku melihat kembang api, aku mengatakan itu pada Yuuji-senpai.
“Ya, kau benar... Oh iya, berbicara tentang cantik, aku baru ingat akan sesuatu.”
“Ingat sesuatu? Apa itu?”
.
.
.
“Aku belum sempat mengatakannya, tapi kau terliahat sangat cocok mengenakan yukata itu..., intinya sih, kau cantik sekali, Touka.”
.
.
.
“......Apa?”
Apa Yuuji-senpai ada mengatakan sesuatu?
Bukannya aku tidak bisa mendengarnya, hanya saja itu adalah kalimat yang sama sekali tidak terbayangkan olehku. Dan dengan demikian, aku membocorkan suara yang tertegun.
“Tidak, bukan apa-apa. Lupakan saja.” Kata Yuuji-senpai, yang entah kenapa terlihat malu-malu.
Tapi..., tidak mungkin aku bisa melupakannya.
Terlepas dari musim yang saat ini sedang musim panas, tubuhku terasa semakin panas. Wajahku seperti terbakar dan jantungku berdebar dengan sangat cepat.
Entah itu gemuruh kembang api yang meledak, entah itu kecemerlangan cahaya yang mewarnai langit malam, atau bahkan adegan dimana beberapa kekasih saling membisikkan cinta mereka satu sama lain. Saat ini, semua itu tidak terlihat di mataku, semua itu tak dapat terdengar di telingaku, ini seolah-olah di dunia ini hanya ada aku dan Yuuji-senpai.
Aku tidak lagi puas hanya dengan kebahagiaan bisa berada di sisi Senpai.
Hubungan ini salah. Kata-kata yang kuucapkan penuh dengan kebohongan. Tapi, perasaan ini begitu nyata sampais-sampai aku tidak menahannya..., aku tidak bisa mengendalikannya lagi.
.
.
.
“—Aku menyukaimu, Yuuji-senpai.”
.
.
.
Akhirnya, aku mengungkapkan perasaanku yang meluap-luap dan tak terbendung ini ke dalam kata-kata.
Yuuji-senpai menatapku dengan bingung. Dan kemudian...,
“Maaf, Touka...., karena suara kembang api, aku tidak bisa dengar apa yang barusan kau katakan.”
Dari sudut mataku, bunga yang bersinar bermekaran di langit malam. Raungan yang mencapai telingaku ini pasti telah menenggelamkan kata-kataku.
......Aku tahu itu.
Bagi Yuuji-senpai, aku masih hanyalah bagian dari dunia yang membentuknya. Senpai tidak sepertiku, yang merasa seperti di dunia ini hanya ada kami berdua.
Yang sebelumnya hanyalah ilusiku. Aku merasa itu sangat disayangkan, tapi aku tahu bahwa aku tidak bisa membuat Senpai merasakan hal yang sama sepertiku.
Namun demikian, tetap saja, aku akan mencobanya lagi.., agar aku bisa menyampaikan perasaan ini kepadanya dengan benar.
“Bolehkah aku memegang tanganmu?”
“...Oke. Hal seperti itu akan tampak seperti apa yang akan sepasang kekasih lakukan.”
Pada akhirnya, aku takut kalau hubungan ini akan hancur.
Aku lebih memilih untuk melindungi waktu nyaman yang kumiliki dengan Senpaiku yang sangat baik hati.
Aku bertanya-tanya, apakah perasaanku akan tersampaikan padanya melalui tangan kami yang terhubung.
Aku mengenggam tangannya yang besar dan keras dengan erat. Aku tidak tahu apakah perasaan ini berhasil tersampaikan padanya atau tidak..., tapi, aku sangat senang dan malu ketika dia membalas menggenggam tanganku dengan erat.
Dan, aku tidak bisa untuk tidak membenci diriku sendiri karena begitu lemah dan pengecut untuk berpikir seperti itu.
Aku tidak bisa membuatnya jatuh cinta padaku, dan aku tidak bisa mengatakan kepadanya bagaimana perasaanku.
Dalam hati, aku menceemoh diriku sendiri, bertanya-tanya berapa lama aku akan terus menikmati kebahagian sederhana ini.
☆☆☆
“Bolehkah aku memegang tanganmu?” kata Touka, dengan suara yang lembut.
“...Oke. Hal seperti itu akan tampak seperti apa yang akan sepasang kekasih lakukan.” Jawabku, dan kemudian memegang tangannya.
Tadi itu, apa yang dia katakan ketika suaranya ditenggelamkan oleh suara kembang api?
Aku tidak bisa mendengarnya.
Tapi, aku yakin kalau barusan dia tidak bermaksud mengatakan bahwa dia ingin berpegangan tangan denganku,
Dia tampak cemas dan sedih.
Aku bisa memahami itu saat aku melihat senyumannya yang tampak rapuh.
Tapi, aku yakin. jika aku ingin mendengar apa yang sebenarnya ingin dia katakan..., aku merasa bahwa hubungan yang sampai saat ini kami jalani akan lenyap, dan itu membuatku takut.
Itulah sebabnya, aku tidak menungkitnya lebih jauh lagi.
Kemudian, seolah dia bisa melihat pergumulan yang sedang berlangsung di hatiku, tanganku yang digenggamnya mulai ia eratkan.
[Hubungan palsu] antara aku dan Touka ini layaknya kembang api yang saat ini kami lihat bersama-sama. Aku ingin percaya, bahwa momen bunga yang mekar di langit malam itu indah, dan yang teringgal bukan hanya perasaan kesepian.
Dan seperti yang dia lakukan, aku membalas menggengam tangannya dengan erat.
Sweet
ReplyDeleteTouka win
ReplyDeleteI don't care
Deletebau" touka bakal win
ReplyDeleteTouka...
ReplyDelete